Foto: Guardian |
Seperti juga dunia film, matematika punya selebritasnya.
Matematikawan yang mampu menemukan jawaban atas tujuh soal matematika
terbesar yang belum terpecahkan abad ini dijamin bakal menjadi
selebritas matematika.
Ada tujuh soal matematika paling sulit abad ini yang disusun oleh Clay Mathematics Institutes, Inggris, pada Mei 2000. Empat dari tujuh soal itu adalah Konjektur Hodge, Hipotesis Riemann, Konjektur Poincare, dan Konjektur Birch-Swinnerton Dyer. Matematikawan yang berhasil memecahkan satu soal bakal mendapat hadiah US$ 1 juta atau sekitar Rp 13,65 miliar.
Selama 15 tahun, baru satu soal, Konjektur Poincare, yang terpecahkan. Grigori Perelman, jenius dari Rusia, mempublikasikan jawaban atas Konjektur Poincare pada 2002. Tapi baru empat tahun kemudian, setelah dipelototi jago-jago matematika, solusi Grigori diakui kebenarannya.
Sebulan lalu, Opeyemi Enoch Oluwole bikin heboh kalangan jago matematika. Profesor matematika di Universitas Federal Oye Ekiti di Negara Bagian Ekiti, Nigeria, itu mengklaim berhasil memecahkan Hipotesis Riemann, yang diajukan Bernhard Riemann lebih dari seabad silam. "Aku punya buktinya dan komunitas matematika ada di belakangku," kata Opeyemi kepada CNN.
Selama tujuh tahun, kata Opeyemi, dia mati-matian mencari jawaban atas Hipotesis Riemann. Artikel hasil kerja kerasnya, "A Matrix that Generates the Point Spectral of the Riemann Zeta Function", dia presentasikan dalam Konferensi Internasional Matematika dan Ilmu Sains di Wina, Austria, awal November lalu. "Menurutku, presentasi Opeyemi sangat penting dan mengkonfirmasi hasil kerjanya," kata Nina Ringo, anggota panitia konferensi.
|
Tapi
dunia tak bertepuk tangan untuk Opeyemi. Kalangan matematikawan malah
menyangsikan klaim sang profesor. Tak ada artikel yang dipublikasikan di
jurnal matematika, belum terdengar hasil uji dari matematikawan lain.
Di situs Academia.edu, Opeyemi malah memajang artikel Werner
Raab, profesor matematika dari Universitas Bonn, Jerman, bertajuk "Proof
of the Riemann Hypothesis".
"Menurut pendapat kami, Hipotesis Riemann tetap belum terpecahkan," kata Naomi Kraker dari Clay Mathematics. Tapi Opeyemi tak peduli. "Orang punya hak mengatakan apa yang mau mereka katakan... aku tak menaruh perhatian terhadap komentar-komentar itu."
Lain gaya Opeyemi, lain pula gaya Grigori Perelman, satu-satunya jago
matematika yang diakui telah memecahkan tantangan Institut Clay.
Matematikawan Rusia itu sangat pemalu dan sangat tertutup. Dia seperti
tak butuh uang untuk hidupnya. Entah berapa banyak tawaran mengajar di
kampus-kampus top seperti Stanford dan Princeton yang dia tolak. Dia
pilih pulang ke Rusia dan bekerja untuk Institut Matematika Steklov.
Pada akhir 2005, Grigori mundur dari Institut Stelkov, meninggalkan matematika, memutuskan hubungan dengan sesama jago ilmu berhitung, dan jadi pengangguran. "Aku kecewa pada matematika dan ingin mengerjakan hal lain," Grigori menulis kepada atasannya di Institut Stelkov.
Beberapa
bulan kemudian, Grigori dianugerahi Medali Fields, penghargaan yang
setara dengan Hadiah Nobel untuk bidang matematika. Tapi Grigori
Perelman juga tak butuh penghargaan. "Aku tak tertarik pada uang dan
ketenaran.... Aku juga tak suka dipamerkan seperti hewan di kebun
binatang," kata Grigori seperti dikutip BBC.
Saat Institut Clay mengakui jawaban Grigori atas Konjektur Poincare, dia juga menolak datang untuk menerima hadiah US$ 1 juta. Grigori berdalih ada kontribusi matematikawan lain dalam karyanya. Upaya James Carlson, Presiden Clay, terbang ke Rusia untuk membujuk Grigori supaya mau menerima hadiah itu juga tak ada hasil.
Tiga tahun lalu, wartawan lepas Brett Stevens terbang dari Inggris ke Saint Petersburg, Rusia. Di Saint Petersburg, Brett nongkrong berhari-hari di depan apartemen Grigori. Tekadnya sudah bulat untuk mewawancarai jago matematika eksentrik itu. Di apartemen kumuh tersebut, Grigori tinggal bersama ibunya.
|
Ketika
akhirnya berhasil mencegat Grigori beberapa hari kemudian, seperti yang
sudah diduga, matematikawan jenius itu lebih banyak menggeleng saat
menanggapi pertanyaan Brett. "Aku sudah meninggalkan matematika," kata
Grigori. Setahun lalu, Moscow Times menulis bahwa Grigori
hijrah ke Swedia bersama ibu dan saudara tirinya. Setelah bertahun-tahun
menganggur, entah dengan alasan apa, dia menerima tawaran pekerjaan
dari perusahaan Swedia.
Sumber : Detik.Com
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Blog Sharing