a

Memahami Sulitnya Konjektur a+b=c yang Tak Terpecahkan

Konjektur ABC, atau yang memiliki penulisan matematis a+b=c, kembali hangat dibahas setelah Shinichi Mochizuki, profesor matematika Universitas Kyoto menjelaskan klaimnya telah memecahkan persoalan tersebut. Apa itu konjektur ABC?

Konjektur ABC dilontarkan matematikawan Perancis Joseph Oesterle dan profesor matematika Swiss David Masser, sekitar 30 tahun lalu. Konjektur ini menjelaskan hubungan antara bilangan-bilangan prima.

Walter Hickey dari Business Insider menyebut konjektur ABC merupakan teka-teki paling penting dalam analisis Diophantine, yaitu cabang matematika yang menganalisis sistem bilangan lewat persamaan polimonial.

Hickey membuat sejumlah poin-poin untuk memahami konjektur ABC, yaitu sebagai berikut:

- Ambil tiga bilangan bulat positif dengan faktor berlainan dan memenuhi persamaan a + b = c. Contohnya 5, 8, dan 13.

- Lalu, ambil 3 faktor prima berbeda dari 3 bilangan bulat tersebut, yaitu 2 (bilangan prima dari 8), 5, dan 13, dan lakukan operasi perkalian sehingga diperoleh bilangan d.

- Pada sebagian besar kasus, seperti contoh tersebut, nilai d lebih besar dari c. Konjektur menyatakan bahwa pada kasus tertentu yang jarang, diperoleh bahwa d lebih kecil dari c, biasanya sangat dekat dengan nilai c. Konjektur juga menyatakan bahwa ada sejumlah contoh yang tetap (nilai tertentu) untuk nilai d lebih kecil dari c.

 
Kyoto University
Shinichi mengklaim telah memecahkan konjektur ABC itu dalam empat artikel sepanjang 500 halaman yang diunggahnya ke internet. Shinichi tak mengirim artikelnya ke jurnal matematika.

Dia hanya memajang artikelnya di internet tanpa berkoar-koar kepada matematikawan lain. Hingga seorang temannya di kantor, Akio Tamagawa, menemukannya dan mengirimkan jawaban Shinichi kepada matematikawan lain di sejumlah kampus, salah satunya Ivan Fesenko dari Universitas Nottingham, Inggris.

"Tak mungkin untuk memahami jawaban Shinichi," kata Ivan kepada Scientific American. Merasa penasaran, Ivan mengirim jawaban Shinichi kepada sejumlah matematikawan spesialis geometri aritmatika, bidang yang ditekuni Shinichi.

Tapi reaksi mereka kurang lebih serupa dengan Ivan Fesenko. "Mencermati jawaban Shinichi, kamu akan merasa tengah membaca artikel dari masa depan atau dari luar angkasa," kata Jordan Ellenberg, matematikawan dari Universitas Wisconsin, Madison, Amerika Serikat.

Di artikelnya penuh bertebaran istilah baru dan tool matematika yang dibuat oleh Shinichi untuk menopang argumentasinya. "Dia benar-benar membuat dunianya sendiri," kata Moon Duchin, matematikawan dari Universitas Tuft, Amerika.

Tiga tahun sudah "jawaban" soal a + b = c itu dipelototi para matematikawan, tapi tak satu pun yang bisa sungguh-sungguh memahami atau menyimpulkan apakah jawaban Shinichi itu benar atau salah.

Selama ini Shinichi juga enggan menjelaskan artikelnya dalam forum terbuka di luar Jepang. Kendati sangat lancar berbahasa Inggris, dia juga menolak memberikan kuliah soal artikelnya dengan bahasa Inggris. Kepada wartawan, Shinichi juga sangat irit bicara.

Hingga akhirnya pria yang meraih gelar doktor di usia 23 tahun itu mau bicara menjelaskan jawabannya sekitar dua pekan lalu, dalam acara perkumpulan puluhan matematikawan di kampus Oxford, Inggris. Shinichi tak terbang ke sana, dia hanya bersedia menjelaskan jawabannya lewat Skype. Hasilnya? Matematikawan yang hadir dalam pertemuan selama beberapa hari itu tetap tak benar-benar paham. 
Sumber : detik.com

Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Blog Sharing

Previous
Next Post »