Pernah mendengar ungkapan `tugas perempuan di dapur`? Di zaman sekarang, ungkapan tersebut seolah menyudutkan perempuan.
Namun, anggapan tersebut ternyata ada benarnya. Terbukti, perempuan-perempuan berikut menuai sukses justru dari dapur.
Christina Tosi
Chef peraih James Beard Rising Star Chef of the Year Award 2012 dan finalis James Beard Outstanding Pastry Chef Award 2014 ini lihai membuat beragam jenis kue, biskuit, roti isi, dan es krim. Siapa sangka, chef cantik ini sebelumnya bekerja sebagai penulis perencana makanan aman di Momofuku, grup restoran milik David Chang.
Keuletannya berhasil membawa Christina menjadi pastry chef. Bahkan, ia dipercaya mendirikan restoran Milk Bar pada 2008 yang ada di bawah manajemen Momofuku.
Restoran khusus bakery milik Momofuku itu menawarkan kue pernikahan sesuai pesanan dan juga membuka kursus. Saat ini, sudah ada tujuh gerai Momofuku Milk Bar di Amerika Serikat dan Kanada.
“Menjadi orang yang memiliki integritas tinggi merupakan hal paling cerdas. Di kasus saya, saya ada di dapur,” kata Christina.
Lisa Q. Fetterman
Lisa dan suaminya menciptakan alat sous vide, Nomiku, dan Wipop Bam Suppipat pada 2012. Pasangan ini mengenalkan Nomiku melalui Kickstarter dengan kampanye memasak di rumah.
Menariknya, Nomiku makin canggih dan bisa diatur melalui aplikasi. Aplikasi buatan pasangan ini juga bisa menjadi forum bagi komunitas untuk saling bertukar pengalaman memasak.
Lisa mampu meraup Rp17,9 miliar dari kesuksesannya menyebarkan ilmu dalam kelas online yang membahas cara menggunakan crowdfunding untuk menciptakan bisnis.
Maria Rose Belding
Saat perempuan lain sibuk mengoleksi sepatu dan tas mahal, Maria justru sibuk mengembangkan situs Means Database. Situs tersebut mempertemukan pemilik makanan berlebih dan mereka yang kekurangan.
Idenya itu bermula saat ia teman-temannya prihatin dengan masyarakat Amerika yang sering menyia-nyiakan makanan. Berdasarkan data, makanan senilai Rp 2,282 triliun terbuang tiap tahunnya di Amerika.
Penerima L’Oreal Woman of Worth 2015 dan teman-temannya itu kini tengah menyempurnakan algoritma aplikasinya untuk mencari bank makanan yang sesuai kriteria.
Dominique Crenn
Perempuan tangguh ini berhasil mematahkan anggapan bahwa laki-laki mendominasi pasar restoran kelas atas. Pada 2012, Dominique menjadi koki perempuan Amerika yang berhasil menyabet dua bintang Michelin untuk restoran fine dining kelas atas miliknya di San Francisco, Atelier Crenn.
Tiga tahun kemudian, Dominique melebarkan sayap dan membuka restoran kasual bernama Petit Crenn di kota yang sama. Dalam menjalankan bisnis, Dominique menerapkan aturan tidak menerima uang tip.
Ia juga mengenalkan cara baru pelayanan di restoran, yaitu koki menyajikan menu langsung ke pengunjung. Sehingga pengunjung bisa bertanya langsung pada koki tentang menu yang mereka pesan.
Jessamyn Rodriguez
Saat berencana membangun perusahaan rintisan (startup), Jessamyn memikirkan usaha yang berguna untuk orang lain. Hot Bread Kitchen pun lahir pada 2008 untuk membantu keamanan ekonomi bagi mereka yang berpenghasilan rendah, imigran, dan minoritas.
Bagi Jess, orang tersebut layak mendapat kesempatan di industri kuliner secara profesional. Ia juga mematahkan pandangan bahwa bidang kuliner adalah lahan laki-laki.
Hot Bread Kitchen memiliki beragam jenis roti yang digemari warga New York. Resep rotinya ada yang berasal dari keluarga pegawai.
Jess juga mengoperasikan program inkubator, komunitas dapur, dan dukungan bisnis untuk 120 pengusaha yang sedang berkembang. “Misi kami adalah memberikan kesetaraan jenis kelamin di industri kue,” kata Jess.
Pashon Murray
Kondisi jejak karbon di Detroit, AS, makin memprihatinkan. Guna menguranginya, Pashon Murray dan Greg Willerer memulai gerakan sosial, Detroit Dirt, pada 2011 dengan pembuatan pupuk kompos, koleksi biomassa, serta komunitas masyarakat kota.
Menurut Pashon, kompos mampu mengurangi emisi gas rumah kaca dan menggunakan sumber daya alam bisa memperbaiki tanah. Tiap tahun, Detroit Dirt membuat 10 ribu ton pupuk kompos dari makanan.
Pashon memprediksi, ada 70 ribu ton sampah yang diselamatkan tahun ini. Untuk meluaskan pergerakan sosial ini, Pashon bekerja sama dengan sekolah untuk menyadarkan generasi muda tentang pentingnya menyelamatkan bumi melalui makanan.
Yuki Chidui
Semangat memberdayakan sesama lekat pada diri koki sushi Yuki Chidui. Ia mendirikan restoran Nadeshico Sushi di Tokyo, Jepang, pada 2010 dengan mempekerjakan perempuan saat restoran sushi di dunia didominasi koki laki-laki.
Ada yang mengatakan, perempuan tak bisa dipercaya membuat sushi karena menstruasi atau tangan mereka terlalu kecil dan hangat. Namun, Yuki mendobrak anggapan itu. Ia merekrut wanita untuk menjadi karyawan.
Koki sushi di restoran Yuki mengenakan kimono berpola bunga, ramah melayani, dan menyajikan sushi terbaik. Semua koki Nadeshico dilatih di Tokyo Sushi Academy.
Yuki pun akhirnya dinyatakan berhasil ‘bertarung’ dalam industri restoran Jepang dan mematahkan pandangan perempuan yang membuat sushi.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Blog Sharing